A. Pengertian psikoterapi
Psikoterapi adalah
suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan
prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah
laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku
abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai
seorang individu.
Ciri-ciri
dari defenisi mengenai psikoterapi ini, seperti penjelasan dibawah ini:
Interaksi
Sistematis
Psikoterapi
adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara kline dan terapis.
Kata sistematis di sini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi
dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan
teoritis terapis.
Prinsip-prinsip
Psikologis
Psikoterapis
menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori psikologis serta
menyusun interaksi teraupetik.
Tingkah
Laku, Pikiran dan Perasaan
Psikoterapi
memusatkan perhatian untuk membantu pasien mengadakan perubahan-perubahan
behavioral, kognitif dan emosional serta membantunya supaya menjalani kehidupan
yang lebih penuh perasaan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu atau
semua ciri dari fungsi psikologis ini.
Tingkah Laku
Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan Pribadi
Sekurang-kurangnya
ada tiga kelompok klien yang dibantu oleh psikoterapi:
Kelompok pertama adalah orang-orang
yang mengalami masalah-masalah tingkah laku yang abnormal, seperti gangguan
suasana hati, gangguan penyesuaian diri, gangguan kecemasan atau skizofrenia.
Untuk beberapa gangguan ini, terutama gangguan bipolar dan skizofrenia, terapi
biologis umumnya memegang peranan utama dalam perawatan. Meskipun demikian,
selain perawatan biologis, psikoterapi membantu pasien belajar tentang dirinya
sendiri dan memperoleh keterampilan-keterampilan yang akan memudahkannya
menanggulangi tantangan hidup dengan lebih baik.
Kelompok
kedua adalah orang-orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan
yang bermasalah atau menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat
dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan
karir.
Kelompok
ketiga adalah orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi
dianggap sebagai sarana untuk memperoleh petumbuhan pribadi. Bagi mereka,
psikoterapi adalah sarana untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran yang
akan membantu mereka untuk mencapai potensi yang penuh sebagai manusia.
Psikoterapi
juga memiliki ciri-ciri yang lain. Psikoterapi membutuhkan interaksi-interaksi
verbal. Bagaimanapun juga, psikoterapi adalah “terapi-terapi bicara”
bentuk-bentuk interaksi antara klien yang melibatkan pembicaraan. Dalam
interaksi-interaksi itu, terapis yang terampil adalah seorang pendengar yang
penuh perhatian. Mendengar dengan penuh perhatian adalah suatu kegiatan yang
aktif bukan pasif. Terapis mendengar dengan teliti apa yang dialami dan
diusahakan oleh pasien untuk disampaikan oleh psikoterapis.
Psikoterapi-psikoterapi
juga melibatkan komunikasi -komunikasi nonverbal. Seorang terapis yang
terampil, seperti orang pewawancara yang terampil, seharusnya peka terhadap
isyarat-isyarat nonverbal dari pasien dan peka terhadap gerak isyarat yang
mungkin menunjukkan perasaan-perasaan atau konflik-konflik yang mendasar.
Terapis juga harus menyampaikan empati melalui kata-kata dan juga gerak isyarat
nonverbal, seperti mengadakan kontak mata dan bersandar kedepan (kursi) untuk
menunjukkan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien.
B. Tujuan
Psikoterapi
Tujuan dari psikoterapi secara
khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari
dua orang tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991).
1.
Menurut Corey (1991)
a. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis adalah Membuat sesuatu yang tidak
sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan
terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru
dari konflik-konflik yang lama.
b. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan tingkah
laku adalah secara umum untuk menghilangkan
perilaku dan mencari apa yang dapat dilakuakan dan mencari apa yang dapat
dilakuakn terhadap perilaku yang menjadi masalah. Klien berperan aktif dalam
menyusun terapi dan menilai bagaimana tujuan-tujuan ini bias tercapai.
c. Tujuan psikoterapi denagn pendekatan
Kognitif-Behavioristik dan Rasional-Emotif adalah menghilangkan cara memandang
dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh
pandangan dalam hidup secara lebih rasional dab toleran. Untuk membantu pasien
mempergunakan metode yang lebih ilmiah atau objektif untuk memecahkan masalah
emosi dan perilaku dalam kehidupan selanjutnya.
.
d. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan Gestalt adalah membantu klien memperoleh
pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamnnya. Untuk merangsangnya menerima
tanggung jawab daridorongan yang ad di dunia dalamnya yang bertentangan dengan
ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
2.
Menurut Ivey, et al (1987)
a)
Tujuan Psikoterapi dengan pendekatan Behavioristik
adalah untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk
mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bias menyesuaikan. Arah
perubahan perilaku yang khusus ditentukan oleh klien.
b)
Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Gestalt, adalah
agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab
terhadap arah kehidupan seseorang.
c)
Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Realitas adalah
untuk memenuhi kebutuhan seseorang tanpa dicampur-tangani orang lain. Untuk
menentukan keputusan yang bertanggung jawab dan untuk bertindak dengan
menyadari sepenuhnya akan akibat-akibatnya. Psikoterapi merupakan alat yang
dapat membantu dan penting dipelajari khususnya oleh dokter dan para profesional
lain yang berperan dalam kesehatan dan kesehatan jiwa, namun perlu pula diingat
bahwa teknik dan metodenya yang tertentu dan bermacam-macam tersebut memerlukan
waktu yang cukup lama untuk dapat dipelajari dan dipraktekkan dengan baik.
d)
Tentunya, dengan
hanya membaca buku ajar yang singkat ini tidaklah mungkin mencakup keseluruhan
hal mengenai psikoterapi, namun setidaknya prinsip-prinsip dasar psikoterapi
dapat dipahami, untuk dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari, sehingga
dapat turut menunjang upaya peningkatan mutu pelayanan kepada pasien. Secara
non spesifik, psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi lain; sebagai suatu
yang spesifik atau khusus, sebagaimana telah disebutkan di atas, psikoterapi
merupakan rangkaian teknik yang digunakan untuk mengubah perilaku (catatan:
teknik merupakan rangkaian tindakan yang dibakukan untuk mendapatkan perubahan
tertentu, bukan urutan perubahan alamiah, sehingga harus dilatih untuk mencapai
ketrampilan optimal).
e)
Dengan
psikoterapi, seorang dokter akan dapat memanfaatkan teknik-teknik untuk
meningkatkan hasil yang ingin dicapainya. Bila seorang dokter tidak mengerti
atau memahaminya, sebetulnya bukan hanya tidak akan menambah efektivitas
terapinya, melainkan setidaknya dapat menghindarkan hal-hal yang dapat
merugikan pasiennya.
C.Penjelasan
unsur psikoterapi
ksistensial
Psychotherapies
Eksistensialis mencari makna eksistensi manusia, dan menekankan pilihan dan individualitas (sebagai lawan dari gagasan bahwa perilaku kita ditentukan dalam beberapa cara mekanistik). Martin Heidegger (1889-1976) biasanya disebut sebagai tokoh filsafat eksistensial modern. Dalam pandangan Heidegger, eksistensi manusia adalah proses, terus berkembang untuk setiap individu. Tidak statis, tapi selalu menjadi sesuatu yang berbeda (Hergenhahn, 1992). Unsur-unsur filsafat eksistensial terlihat dalam bentuk psikoterapi yang dikembangkan oleh Ludrvig Binswanger dan lain-lain
Psikoterapis eksistensial fokus pada tema penting dari kehidupan dan masalah klien, tetapi penekanannya adalah pada kualitas hubungan terapeutik itu sendiri sebagai agen penting dari perubahan. Tugas psikoterapi eksistensial adalah menantang klien untuk memeriksa kehidupan mereka dan mempertimbangkan bagaimana kebebasan mereka terganggu. Yang membantu mereka untuk menghilangkan hambatan, meningkatkan rasa pilihan mereka, dan mengerahkan keinginan mereka.
Psikoterapi eksistensial berusaha untuk memahami makna yang unik dari sudut pandang pengalaman klien yang subjektif dari dalam diri individu atau dunia saat fenomenologisnya. Hubungan kolaboratif antara klien dan terapis adalah penyembuhan dalam dirinya sendiri, dan tidak bergantung konseptual pada "repair model" (Walsh & McElwain.2002, p.272).
Pendekatan eksistensial bukanlah bentuk yang paling banyak dipraktekkan psikoterapi, namun para praktisi melihatnya sebagai kontras yang menyegarkan untuk terapi mekanistik lebih bekerja keras dalam mempromosikannya, mengutip dukungan eksperimental berkembang di beberapa daerah (Cain & Seeman, 2002). Hal ini juga penting dalam mengatur adegan untuk terapi humanistik yang lebih populer, terutama Carl Rogers berpusat pada terapi klien.
Gestalt Therapy
Nama yang paling kuat terkait dengan terapi Gestalt adalah Frederick ("Fritz") Perls (1893-1970). Perls adalah seorang dokter Jerman yang awalnya dilatih dalam psikoanalisis, tetapi ia menjadi semakin tertarik pada ide-ide fenomenologis dan eksistensial dan akhirnya mengembangkan terapi Gestalt sebagai campuran psikoanalisis, eksistensial, dan pengaruh lainnya (Greenberg & Rice, 1997).
Psikolog Gestalt keberatan untuk mempelajari unsur-unsur tertentu dalam persepsi dan pembelajaran, dengan alasan bahwa kita tidak mengalami dunia dalam fragmen yang terisolasi tetapi dalam konfigurasi bermakna (Hergenhahn, 1992). Studi psikolog Gestalt 'persepsi dan pemecahan masalah menunjukkan bahwa kita cenderung untuk melihat pola, bukan rangsangan terisolasi, dan bahwa orang-orang dan hewan dapat memecahkan masalah dalam kilatan wawasan di mana kita tiba-tiba "melihat" solusi bukan oleh Leaming esensial-and-error yang membosankan.
Para psikolog Gestalt Kurt Koffka, Wolfgang Kohler, dan Max Wertheimer mengembangkan sistem mereka sebagai teori medan di mana struktur yang diciptakan oleh kimia otak memaksakan agar pada apa yang kita rasakan, sementara pada saat yang sama pola apa yang dirasakan secara bertahap dapat membentuk tata letak otak manusia (Hergenhahn, 1992).
Gestalt Therapy Konsep.
Studi Perls tentang psikologi Gestalt memberinya pandangan holistik fungsi fisik dan psikologis manusia, dan menuntunnya untuk melihat orang tersebut sebagai bagian dari suatu organisme / lingkungan lapangan (Greenberg & Beras 1997,. p. 102). Istri Perls dan kolega, Laura Posner Perls, melakukan pendekatan terapi Gestalt dengan dia. Mereka mengembangkan terapi Gestalt afier meninggalkan Jerman pada tahun 1930-an untuk Belanda, maka Afrika Selatan, dan kemudian Amerika Serikat dan Kanada (Yontef, 1995). Konsisten dengan teori medan, dalam pendekatan mereka terhadap psikopatologi dan psikoterapi Fritz Perls dan Laura dan rekan mereka terfokus pada proses, atau pengembangan masyarakat dari waktu ke waktu, bukan struktur kepribadian statis, seperti yang tersirat oleh model psikoanalitik tradisional. Perls fritz dilihat seseorang sebagai sangat banyak sedang berlangsung acara-fisik, proses yang kompleks dan terus mencerna makanan, membangun dan mogok kimia dalam saraf dan otot, dan sebagainya, dan psikologis, interaksi terus menerus dari orang dengan fluks yang selalu berubah rangsangan internal dan eksternal. Terapis Gestalt menggunakan metabolisme mental yang panjang sebagai metafora untuk proses melalui mana orang tumbuh secara emosional (Yontet 1995).
Dalam Perls klinis mereka bekerja Fritz dan Laura menekankan kesadaran sensasi tubuh saat ini, percobaan aktif dalam bentuk latihan ini yang dirancang untuk membantu klien mendapatkan berhubungan dengan pengalaman langsung mereka, dan pertemuan yang tulus dengan orang lain. Unsur-unsur ini semuanya telah dimasukkan ke dalam humanistik kontemporer dan terapi pengalaman (Greenberg & Rice, 1997; Yontef 1995).
Insight adalah konsep penting dalam terapi Gestalt. Insight adalah bentuk kesadaran di mana segala sesuatu jatuh ke tempatnya dalam pola meaningfur. Psikoterapi dapat membantu orang mengembangkan wawasan kesadaran diri ketika hal ini tidak terjadi secara alami. Sebagai terapi intervention Gestalt berfokus pada proses pengalaman daripada konten dan didasarkan pada interaksi di sini dan sekarang antara terapis dan klien. Lagu-lagu terapis ke dalam angka-angka yang muncul dari latar belakang selama interaksi terapeutik dan mencoba untuk mendapatkan wawasan mereka (Yontef, 1995).
Gestalt Terapi sering dikaitkan dengan beberapa teknik dramatis yang baik dipublikasikan pada tahun 1960 dan 1970-an. Ini termasuk teknik “empty chair” untuk berurusan dengan "belum selesai" dengan orang lain, dan penutupan sehingga mendapatkan. Dalam teknik menghadapi kursi kosong ini, kontak orang yang imajiner lainnya untuk mengekspresikan emosi yang menyakitkan yang sebelumnya menghambat (Strumpfel & Goldman, 2002, p.197). Terapis Gestalt menentang gagasan bahwa ada set teknik mapan yang mendefinisikan pendekatan. Seperti dalam kasus pendekatan terapi lainnya, prinsip-prinsip terapi jauh lebih penting daripada teknik tertentu yang dapat digunakan (yontef, 1955).
Seperti psikoterapi eksistensial, Gestalt terapi tidak umum dilakukan sebagai pendekatan “free standing”. Namun, itu telah memiliki pengaruh yang kuat pada sekolah humanistik lainnya, dan beberapa strategi dan prinsip telah populer di kalangan terapis eklektik.
Client-Centered Therapy
Pengenalan Carl Rogers “Clien-Centered Therapy” pada tahun 1940 adalah peristiwa penting dalam meluncurkan terapi humanistik sebagai kekuatan yang signifikan dalam psikoterapi Amerika. Asumsi utama Rogers adalah bahwa klien mengarahkan pertumbuhan pribadi mereka sendiri, dibantu oleh sumber daya batin mereka sendiri. Proses terapis ini membantu bersama dengan menyiapkan iklim yang paling fasilitatif, hubungan interpersonal yang hangat yang ditandai dengan keaslian terapis, hal positif tanpa syarat, dan empati (Raskin & Rogers).
Dipengaruhi oleh Maslow, Rogers percaya bahwa drive bawaan individu untuk aktualisasi diri semua bahwa salah satu kebutuhan untuk memecahkan masalah pribadi dan emosional dan menjalani kehidupan yang memuaskan. Tugas terapis adalah untuk membebaskan proses ini ketika telah menjadi diblokir, biasanya ketika individu telah kehilangan kontak dengan nya atau rasa sendiri tentang apa yang terasa benar dan bergantian, sebagai gantinya, untuk menerima penghakiman dan mencari persetujuan dari orang lain.
Konsisten dengan teori ini, Rogers memberikan konselor dan psikoterapis rekomendasi: Jangan memecahkan masalah, tapi membantu klien tumbuh. Mengandalkan pada drive individu terhadap penyesuaian dan perkembangan yang sehat. Tekankan emosional, bukan intelektual, unsur-unsur dalam proses konseling. Fokus pada situasi mendesak, bukan masa lalu. Tekankan hubungan terapeutik itu sendiri sebagai pengalaman pertumbuhan (Kain, 2002; Rogers, 1940, 1942).
Memperkuat asumsi teoritis dalam artikel selanjutnya, "The Necessary and Sufficient Conditions of Theurapeutic Personality Change" (Rogers, 1957), ia membuat poin-poin berikut. Dua orang, klien dan terapis, berada dalam kontak psikologis. Klien adalah keadaan ketidaksesuaian (rentan atau cemas). Terapis adalah sama dan sebangun atau terintegrasi-otentik, konsisten-dalam hubungan. Terapis mengalami hal positif tanpa syarat untuk klien, dan pengalaman pemahaman empatik dari frame internal klien acuan. Terapis menyampaikan pemahaman empatik nya dan hal positif tanpa syarat kepada klien, dan komunikasi dari pengalaman ini efektif (Cain, 2002).
Genuineness. Ketika terapis yang asli (atau kongruen) dalam hubungan terapeutik, mereka alami dan polos, hanya menjadi diri sendiri, daripada menempatkan pada gambar palsu atau bahkan gambar seorang terapis profesional. Kebalikan dari keaslian dalam arti Rogerian akan menjadi “game face” yang dapat ditampilkan sebagai langkah pertama menghitung dirancang untuk mendapatkan beberapa keuntungan.
Unconditional positive regard. Menerima klien tanpa syarat berarti tidak berkewajiban memperoleh nilai hakikat manusia, secara otomatis terapis akan menerima klien dengan masalah apapun. Namun banyak keraguan dari teknik client center therapy jika menghadapi anak yang mengganggu dan pembunuh, namun client center therapy menjawab bahwa kita akan selalu mendapatkan nilai, penghargaan dari manusia tanpa kamu menolak perilakunya.
Empati. Empati memiliki arti “turn in” artinya masuk lebih dalam dan mengerti dunia pribadi klien seakurat mungkin, dan dianggap sebagai dunia kita sendiri. “seolah olah” sangat penting. Terapis jangan sampai melupakan kualitas “seolah-olah”, atau akan kebingungan dengan batasan personalnya. Meskipun begitu, bekerja keras untuk memahami perasaan klien dan pandangan klien sangat memungkinkan, tanpa “menjadi” klien hal tersebut sulit terwujud.
Dalam client center therapy, terapis menunjukkan rasa empati, memahami klien adalah prioritas utama (Patterson, 1980). Empati tidak mudah, bukan hanya mengikuti kembali kata-kata yang diungkapkan klien. Lebih lanjut, terapis harus bisa menggabungkan perasaan dengan kata-kata yang diungkapkan klien.
Penelitian client center therapy. Kontribusi Rogers dalam psikoterapi merupakan inovasi yang memfokuskan klien sebagai agen perubahan untuk dirinya sendiri dan bersifat unik. Belakangan ini penelitian Rogers focus pada nondirective therapy.Dilihat dari sisi interaksi terapis, kuncinya adalah “jika terapis menerima,memahami, memperjelas perasaan klien, akan ada perubahan perasaan dari arah negative ke positif, diikuti dengan pemahaman dan aksi positif yang dimulai oleh klien (Bozareth et al,. 2002). Ketika pernyataan terapis diinterpretasikan atau dibentuk maka klien berhenti melakukan self-exploring. Sebaliknya jika terapis merefleksikan perasaan maka klien melanjutkan proses self-exploring.
Penelitian akhir akhir ini tentang client center therapy menyimpulkan hasil yang kebanyakan serupa dengan hipotesis Rogers. Komunikasi yang baik dari terapis, unconditional positive regard, dan empati akan memfasilitasi klien mengembangkan, namun dalam beberapa penelitian kelompok hal ini tidak terlalu adekuat (Rachman & Wilson, 1980).
Review dari publikasi tahun 1970an menyimpulkan bahwa hungan anara kondisi fasilitas dan pengembangan terapeutik adalah hal yang paling penting. Di beberapa penelitian, dibandingkan dengan psikoterapi tradisional, behavioral therapy (Sloane, Staples, Cristol, Yorkstone, & Whipple, 1975), kunci dari Rogerian adalah kondisi tidak berhubungan dengan hasil treatmen. Alasan yang memungkinkan dari kekurangan ini adalah pilihan peneliti untuk menggunakan kelompok dengan prestasi rendah dan anak yang nakal. Seperti meneliti mengenai penyesuaian diri penderia schizophrenia, peningkatan prestasi dan pencegahan individu yang nakal sangat sulit dinilai oleh psikoterapi.
Sejak tahun 1980an penelitian psikoterapi secara umum fokus pada evaluasi teknik treatment spesifik bagi beberpa gangguan. Penelitian mengenai client center therapy berfokus pada prosedur karena hal ini terlihat diabaikan pada hubungan klien dan terapis (Bozarth et al., 2002). Untuk beberapa tingkat, perbedaan perhatian menggambarkan perbedaan tujuan dan target perlakuan dari client center. Contoh, terapis behavior. Tujuan terapis client center secara umum adalah untuk mengembangkan fungsi kepribadian klien daripada menangani gangguan mental yang spesifik. Kritik untuk client center therapy adalah pendapat bahwa pertumbuhan personal melebihi batas tujuan daripada mencari jalan keluar penyelesaian sindrom sindrom gangguan tersebut misalya gangguan kecemasan, gangguan depresi, dan gangguan obsessive compulsive.
Eksistensialis mencari makna eksistensi manusia, dan menekankan pilihan dan individualitas (sebagai lawan dari gagasan bahwa perilaku kita ditentukan dalam beberapa cara mekanistik). Martin Heidegger (1889-1976) biasanya disebut sebagai tokoh filsafat eksistensial modern. Dalam pandangan Heidegger, eksistensi manusia adalah proses, terus berkembang untuk setiap individu. Tidak statis, tapi selalu menjadi sesuatu yang berbeda (Hergenhahn, 1992). Unsur-unsur filsafat eksistensial terlihat dalam bentuk psikoterapi yang dikembangkan oleh Ludrvig Binswanger dan lain-lain
Psikoterapis eksistensial fokus pada tema penting dari kehidupan dan masalah klien, tetapi penekanannya adalah pada kualitas hubungan terapeutik itu sendiri sebagai agen penting dari perubahan. Tugas psikoterapi eksistensial adalah menantang klien untuk memeriksa kehidupan mereka dan mempertimbangkan bagaimana kebebasan mereka terganggu. Yang membantu mereka untuk menghilangkan hambatan, meningkatkan rasa pilihan mereka, dan mengerahkan keinginan mereka.
Psikoterapi eksistensial berusaha untuk memahami makna yang unik dari sudut pandang pengalaman klien yang subjektif dari dalam diri individu atau dunia saat fenomenologisnya. Hubungan kolaboratif antara klien dan terapis adalah penyembuhan dalam dirinya sendiri, dan tidak bergantung konseptual pada "repair model" (Walsh & McElwain.2002, p.272).
Pendekatan eksistensial bukanlah bentuk yang paling banyak dipraktekkan psikoterapi, namun para praktisi melihatnya sebagai kontras yang menyegarkan untuk terapi mekanistik lebih bekerja keras dalam mempromosikannya, mengutip dukungan eksperimental berkembang di beberapa daerah (Cain & Seeman, 2002). Hal ini juga penting dalam mengatur adegan untuk terapi humanistik yang lebih populer, terutama Carl Rogers berpusat pada terapi klien.
Gestalt Therapy
Nama yang paling kuat terkait dengan terapi Gestalt adalah Frederick ("Fritz") Perls (1893-1970). Perls adalah seorang dokter Jerman yang awalnya dilatih dalam psikoanalisis, tetapi ia menjadi semakin tertarik pada ide-ide fenomenologis dan eksistensial dan akhirnya mengembangkan terapi Gestalt sebagai campuran psikoanalisis, eksistensial, dan pengaruh lainnya (Greenberg & Rice, 1997).
Psikolog Gestalt keberatan untuk mempelajari unsur-unsur tertentu dalam persepsi dan pembelajaran, dengan alasan bahwa kita tidak mengalami dunia dalam fragmen yang terisolasi tetapi dalam konfigurasi bermakna (Hergenhahn, 1992). Studi psikolog Gestalt 'persepsi dan pemecahan masalah menunjukkan bahwa kita cenderung untuk melihat pola, bukan rangsangan terisolasi, dan bahwa orang-orang dan hewan dapat memecahkan masalah dalam kilatan wawasan di mana kita tiba-tiba "melihat" solusi bukan oleh Leaming esensial-and-error yang membosankan.
Para psikolog Gestalt Kurt Koffka, Wolfgang Kohler, dan Max Wertheimer mengembangkan sistem mereka sebagai teori medan di mana struktur yang diciptakan oleh kimia otak memaksakan agar pada apa yang kita rasakan, sementara pada saat yang sama pola apa yang dirasakan secara bertahap dapat membentuk tata letak otak manusia (Hergenhahn, 1992).
Gestalt Therapy Konsep.
Studi Perls tentang psikologi Gestalt memberinya pandangan holistik fungsi fisik dan psikologis manusia, dan menuntunnya untuk melihat orang tersebut sebagai bagian dari suatu organisme / lingkungan lapangan (Greenberg & Beras 1997,. p. 102). Istri Perls dan kolega, Laura Posner Perls, melakukan pendekatan terapi Gestalt dengan dia. Mereka mengembangkan terapi Gestalt afier meninggalkan Jerman pada tahun 1930-an untuk Belanda, maka Afrika Selatan, dan kemudian Amerika Serikat dan Kanada (Yontef, 1995). Konsisten dengan teori medan, dalam pendekatan mereka terhadap psikopatologi dan psikoterapi Fritz Perls dan Laura dan rekan mereka terfokus pada proses, atau pengembangan masyarakat dari waktu ke waktu, bukan struktur kepribadian statis, seperti yang tersirat oleh model psikoanalitik tradisional. Perls fritz dilihat seseorang sebagai sangat banyak sedang berlangsung acara-fisik, proses yang kompleks dan terus mencerna makanan, membangun dan mogok kimia dalam saraf dan otot, dan sebagainya, dan psikologis, interaksi terus menerus dari orang dengan fluks yang selalu berubah rangsangan internal dan eksternal. Terapis Gestalt menggunakan metabolisme mental yang panjang sebagai metafora untuk proses melalui mana orang tumbuh secara emosional (Yontet 1995).
Dalam Perls klinis mereka bekerja Fritz dan Laura menekankan kesadaran sensasi tubuh saat ini, percobaan aktif dalam bentuk latihan ini yang dirancang untuk membantu klien mendapatkan berhubungan dengan pengalaman langsung mereka, dan pertemuan yang tulus dengan orang lain. Unsur-unsur ini semuanya telah dimasukkan ke dalam humanistik kontemporer dan terapi pengalaman (Greenberg & Rice, 1997; Yontef 1995).
Insight adalah konsep penting dalam terapi Gestalt. Insight adalah bentuk kesadaran di mana segala sesuatu jatuh ke tempatnya dalam pola meaningfur. Psikoterapi dapat membantu orang mengembangkan wawasan kesadaran diri ketika hal ini tidak terjadi secara alami. Sebagai terapi intervention Gestalt berfokus pada proses pengalaman daripada konten dan didasarkan pada interaksi di sini dan sekarang antara terapis dan klien. Lagu-lagu terapis ke dalam angka-angka yang muncul dari latar belakang selama interaksi terapeutik dan mencoba untuk mendapatkan wawasan mereka (Yontef, 1995).
Gestalt Terapi sering dikaitkan dengan beberapa teknik dramatis yang baik dipublikasikan pada tahun 1960 dan 1970-an. Ini termasuk teknik “empty chair” untuk berurusan dengan "belum selesai" dengan orang lain, dan penutupan sehingga mendapatkan. Dalam teknik menghadapi kursi kosong ini, kontak orang yang imajiner lainnya untuk mengekspresikan emosi yang menyakitkan yang sebelumnya menghambat (Strumpfel & Goldman, 2002, p.197). Terapis Gestalt menentang gagasan bahwa ada set teknik mapan yang mendefinisikan pendekatan. Seperti dalam kasus pendekatan terapi lainnya, prinsip-prinsip terapi jauh lebih penting daripada teknik tertentu yang dapat digunakan (yontef, 1955).
Seperti psikoterapi eksistensial, Gestalt terapi tidak umum dilakukan sebagai pendekatan “free standing”. Namun, itu telah memiliki pengaruh yang kuat pada sekolah humanistik lainnya, dan beberapa strategi dan prinsip telah populer di kalangan terapis eklektik.
Client-Centered Therapy
Pengenalan Carl Rogers “Clien-Centered Therapy” pada tahun 1940 adalah peristiwa penting dalam meluncurkan terapi humanistik sebagai kekuatan yang signifikan dalam psikoterapi Amerika. Asumsi utama Rogers adalah bahwa klien mengarahkan pertumbuhan pribadi mereka sendiri, dibantu oleh sumber daya batin mereka sendiri. Proses terapis ini membantu bersama dengan menyiapkan iklim yang paling fasilitatif, hubungan interpersonal yang hangat yang ditandai dengan keaslian terapis, hal positif tanpa syarat, dan empati (Raskin & Rogers).
Dipengaruhi oleh Maslow, Rogers percaya bahwa drive bawaan individu untuk aktualisasi diri semua bahwa salah satu kebutuhan untuk memecahkan masalah pribadi dan emosional dan menjalani kehidupan yang memuaskan. Tugas terapis adalah untuk membebaskan proses ini ketika telah menjadi diblokir, biasanya ketika individu telah kehilangan kontak dengan nya atau rasa sendiri tentang apa yang terasa benar dan bergantian, sebagai gantinya, untuk menerima penghakiman dan mencari persetujuan dari orang lain.
Konsisten dengan teori ini, Rogers memberikan konselor dan psikoterapis rekomendasi: Jangan memecahkan masalah, tapi membantu klien tumbuh. Mengandalkan pada drive individu terhadap penyesuaian dan perkembangan yang sehat. Tekankan emosional, bukan intelektual, unsur-unsur dalam proses konseling. Fokus pada situasi mendesak, bukan masa lalu. Tekankan hubungan terapeutik itu sendiri sebagai pengalaman pertumbuhan (Kain, 2002; Rogers, 1940, 1942).
Memperkuat asumsi teoritis dalam artikel selanjutnya, "The Necessary and Sufficient Conditions of Theurapeutic Personality Change" (Rogers, 1957), ia membuat poin-poin berikut. Dua orang, klien dan terapis, berada dalam kontak psikologis. Klien adalah keadaan ketidaksesuaian (rentan atau cemas). Terapis adalah sama dan sebangun atau terintegrasi-otentik, konsisten-dalam hubungan. Terapis mengalami hal positif tanpa syarat untuk klien, dan pengalaman pemahaman empatik dari frame internal klien acuan. Terapis menyampaikan pemahaman empatik nya dan hal positif tanpa syarat kepada klien, dan komunikasi dari pengalaman ini efektif (Cain, 2002).
Genuineness. Ketika terapis yang asli (atau kongruen) dalam hubungan terapeutik, mereka alami dan polos, hanya menjadi diri sendiri, daripada menempatkan pada gambar palsu atau bahkan gambar seorang terapis profesional. Kebalikan dari keaslian dalam arti Rogerian akan menjadi “game face” yang dapat ditampilkan sebagai langkah pertama menghitung dirancang untuk mendapatkan beberapa keuntungan.
Unconditional positive regard. Menerima klien tanpa syarat berarti tidak berkewajiban memperoleh nilai hakikat manusia, secara otomatis terapis akan menerima klien dengan masalah apapun. Namun banyak keraguan dari teknik client center therapy jika menghadapi anak yang mengganggu dan pembunuh, namun client center therapy menjawab bahwa kita akan selalu mendapatkan nilai, penghargaan dari manusia tanpa kamu menolak perilakunya.
Empati. Empati memiliki arti “turn in” artinya masuk lebih dalam dan mengerti dunia pribadi klien seakurat mungkin, dan dianggap sebagai dunia kita sendiri. “seolah olah” sangat penting. Terapis jangan sampai melupakan kualitas “seolah-olah”, atau akan kebingungan dengan batasan personalnya. Meskipun begitu, bekerja keras untuk memahami perasaan klien dan pandangan klien sangat memungkinkan, tanpa “menjadi” klien hal tersebut sulit terwujud.
Dalam client center therapy, terapis menunjukkan rasa empati, memahami klien adalah prioritas utama (Patterson, 1980). Empati tidak mudah, bukan hanya mengikuti kembali kata-kata yang diungkapkan klien. Lebih lanjut, terapis harus bisa menggabungkan perasaan dengan kata-kata yang diungkapkan klien.
Penelitian client center therapy. Kontribusi Rogers dalam psikoterapi merupakan inovasi yang memfokuskan klien sebagai agen perubahan untuk dirinya sendiri dan bersifat unik. Belakangan ini penelitian Rogers focus pada nondirective therapy.Dilihat dari sisi interaksi terapis, kuncinya adalah “jika terapis menerima,memahami, memperjelas perasaan klien, akan ada perubahan perasaan dari arah negative ke positif, diikuti dengan pemahaman dan aksi positif yang dimulai oleh klien (Bozareth et al,. 2002). Ketika pernyataan terapis diinterpretasikan atau dibentuk maka klien berhenti melakukan self-exploring. Sebaliknya jika terapis merefleksikan perasaan maka klien melanjutkan proses self-exploring.
Penelitian akhir akhir ini tentang client center therapy menyimpulkan hasil yang kebanyakan serupa dengan hipotesis Rogers. Komunikasi yang baik dari terapis, unconditional positive regard, dan empati akan memfasilitasi klien mengembangkan, namun dalam beberapa penelitian kelompok hal ini tidak terlalu adekuat (Rachman & Wilson, 1980).
Review dari publikasi tahun 1970an menyimpulkan bahwa hungan anara kondisi fasilitas dan pengembangan terapeutik adalah hal yang paling penting. Di beberapa penelitian, dibandingkan dengan psikoterapi tradisional, behavioral therapy (Sloane, Staples, Cristol, Yorkstone, & Whipple, 1975), kunci dari Rogerian adalah kondisi tidak berhubungan dengan hasil treatmen. Alasan yang memungkinkan dari kekurangan ini adalah pilihan peneliti untuk menggunakan kelompok dengan prestasi rendah dan anak yang nakal. Seperti meneliti mengenai penyesuaian diri penderia schizophrenia, peningkatan prestasi dan pencegahan individu yang nakal sangat sulit dinilai oleh psikoterapi.
Sejak tahun 1980an penelitian psikoterapi secara umum fokus pada evaluasi teknik treatment spesifik bagi beberpa gangguan. Penelitian mengenai client center therapy berfokus pada prosedur karena hal ini terlihat diabaikan pada hubungan klien dan terapis (Bozarth et al., 2002). Untuk beberapa tingkat, perbedaan perhatian menggambarkan perbedaan tujuan dan target perlakuan dari client center. Contoh, terapis behavior. Tujuan terapis client center secara umum adalah untuk mengembangkan fungsi kepribadian klien daripada menangani gangguan mental yang spesifik. Kritik untuk client center therapy adalah pendapat bahwa pertumbuhan personal melebihi batas tujuan daripada mencari jalan keluar penyelesaian sindrom sindrom gangguan tersebut misalya gangguan kecemasan, gangguan depresi, dan gangguan obsessive compulsive.
D.Perbedaan
antara psikoterapi dan konseling
Perbedaan antara psikoterapi dan konseling , meskipun
demikian, kedua bidang ini tetap berbeda. Berikut ini adalah beberapa perbedaan
antara konseling dan psikoterapi.
- Konseling pada
umumnya menangani orang normal, sedangkan psikoterapi terutama menangani
orang yang mengalami ganguan psikologis.
2. Konseling lebih edukatif, suportif,
berorientasi sadar dan berjangka pendek, sedangkan psikoterapi lebih
rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.
3.
Konseling lebih
terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret, sedangkan
psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah
dan berkembang terus.
Bimbingan adalah
bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam usaha memecahkan
kesukaran-kesukaran yang dialaminya.
Konseling adalah
proses interaksi yang terjadi antara konselor dan konseli dalam situasi pribadi
dan professional dengan tujuan memudahkan terjadinya perubahan perilaku menuju
terpenuhinya kebutuhan
Psikoterapi biasanya
mempunyai arti yang lebih dalam menyangkut kepribadian individu, dan lebih
dipusatkan pada perbaikan tingkah laku individu yang menyangkut problem tingkah
laku yang lebih serius.
E.Pendekatan psikoterapi terhadap mental
illness
1.Terapi Psikoanalitik
Secara historis merupakan
system psikoterapi pertama. Psikoterapi adalah suatu teori kepribadian, system
filsafat, dan metode psikoterapi.
Pendekatan Freud psikoterapi
harus dibicarakan ketika datang untuk mengobati kesehatan mental. Dia adalah
orang pertama yang menemukan bahwa pasien membaik jika mereka berbicara dengan
seorang terapis. Freud juga yang pertama kali mengembangkan teknik yang unik
berbicara dalam psikoterapi dan teknik ini dikenal sebagai asosiasi bebas.
Dengan menggunakan teknik
asosiasi bebas selama sesi psikoterapi, Freud dapat memulihkan kenangan lama
terlupakan ditawan dalam pasien dan Freud percaya bahwa banyak dari kenangan
ini adalah akibat dari gejala psikiatri yang dialami oleh pasien.
Pendekatan Freud psikoterapi
menunjukkan bahwa seorang pasien dapat ditolong jika terapis mendengarkan dan
ikut terlibat dalam apa yang dikatakan pasien. Ini benar-benar berlawanan
dengan seorang terapis yang mendengarkan pasien dan menghabiskan sesi mencatat.
Bahkan, Freud aktif dalam semua sesi yang ia telah dengan pasien dan percaya
pada yang terlibat.
Saat ini banyak penelitian
telah menunjukkan bahwa jika terapis yang aktif, empatik dan melibatkan diri
selama sesi psikoterapi, hal ini sangat bermanfaat bagi pasien kesehatan mental
dan pemulihan kemungkinan lebih tinggi.
Pendekatan Freud psikoterapi membuka
pintu dan banyak terapis percaya dalam cara merawat pasien. Meskipun
psikoterapi telah berevolusi dan berubah sejak Freud waktu, ada beberapa dasar
terapis yang masih percaya dalam menggunakan pendekatan Freud karena membantu
pasien mereka memenuhi tujuan mereka.
2. Terapi Eksistensial
Huamnistik
dalam psikologi ini
dikembangkan sebagai reaksi melawan psikoanalisis dan behaviorisme yang
dianggap tidak berlaku adil dalam mempelajari manusia.
3. Terapi Client-Centered
Semula adalah pendekatan nondirektif yang
dikembangkan pada tahun 1940-an sebagai reaksi melawan pendekatan
psikoanalitik. Berlandaskan pada pandangan subjektif atas pengalaman manusia,
terapi clien-entered menaruh kepercayaan dan meminta tanggung jawab yang lain
besar kepada klien dalam menangani berbagai permasalahan.
4.Terapi Gestal Sebagian besar merupakan terapi
eksperimental yang menekankan kesadaran dan intergarsi, yang muncul sebagai
reaksi melawan terapi analitik, serta mengintegarsikan fungsi jiwa dan badan.
5. Terapi Tarnsaksional
Suatu model terapi kontemporer yang cndrung
kea rah aspek-aspek kognitif dan behavioral, dan dirancang untuk membantu
orang-orang dalam mengevaluasi putusan-putusan yang telah dibuatnya menurut
kelayakan sekarang.
6. Terapi Tingkah Laku
Suatu model terapi yang
merupakan penerapan prinsip-prinsip belajar pada penyelesaian gangguan-gangguan
tingkah laku yang spesifik. Hasil-hasilnya merupakan bahan bagi eksperimentasi
lebih lanjut. Terapi tingkah laku secara sinambung berada dalam proses
penyempurnaan.
7. Terapi Rasional-Emotif
Suatu model terapi yang sangat
menekankn peranan pemikiran dan sistem –sistem kepercayaan sebagai akar
masalah-masalah pribadi.
8. Terapi Realitas
Suatu model terapi yang
dikembangkan sebagai reaksi melawan terapi konvensional. Terapi realitas adalah
terapi jangka pendek yang focus pada saat sekarang, menekankan kekuatan
pribadi, dan pada dasarnya merupakan jalan di mana para klien bias belajar
mencapai keberhasilan.
F.Bentuk utama dalam terapi
Model – model terapi berdasarkan subyek
- Terapi kelompok, menentukan pentingnya hubungan
interpersonal dan asumsi bahwa ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan
diri, faktor-faktor yang ada dalam terapi kelompok: sharing informasi
baru, membangkitkan harapan, universalisme, altruism, belajar secara
interpersonal, recapitulation of the primary family, kohesivitas kelompok
- Terapi perkawinan, memfokuskan pada hubungan
interpersonal yang dialami oleh suami istri.
- Terapi keluarga, diikuti oleh semua anggota
keluarga dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi keluarga itu sendiri dan
fungsi individual angaota-anggotanya, meliputi prinsip
- Cicural causality, situasi berhubungan dan
tergantung satu sama lain
- Ekologi, system hanya dapat dipahami sebagai pola
yang terintegrasi, bukan bagian-bagian dari komponen.
- Subyektifitas, tidak ada pandangan yang
obyektifitas atas situasi, hanya persepsi subyektif yang disaring oleh
pengalaman individu
Berdasarkan fungsinya
- Prevensi, usaha yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya gangguan, missal : konseling perkawinan, relaksasi untuk
kelompok yang mudah stress
- Kurasi, usaha yang dilakukan untuk tujuan
penyembuhan, missal : terapi untuk orang yang mengalami phobia.
- Promosi, usaha yang diberikan untuk meningkatkan
kondisi yang mungkin sudah baik, missal : penerapan HBM
RANGKAIAN INTERVENSI
Rangkaian perjalan terapi oleh Hokanson (phares dan
trull, 2001)
- Pertemuan awal, tahap yang menentukan kelancaran
dan keberhasilan tahap selanjutnya. Menjelaskan secara umum keberadaan
terapi dan jenis bantuan yang diberikan.
- Asesmen, prosedur asesmen dipilih berdasarkan
sifat dari problem klien, orientasi dari terapis atau faktor-faktor lain.
Pengumpulan informasi klien dapat diambil melalui pemberian berbagai macam
tes psikologi.
- Tujuan treatmen, klien dan terapis mulai
mendiskusikan masalah dengan sistematis dan melakukan apa yang diperoleh
dari masalah-masalah yang telah terdata asesemennya.
- Implementasi treatment, dalam hal ini terapis
memutusakan bentuk terapi secara khusus, yang diharapkan klien mulai
dipercayakan dapat menghadapi problem secara independen.
- Terminasi, evaluasi, dan tindak lanjut,
terapi mengumpulkan data dan membuat catatan tentang kemajuan klien untuk
mengevaluasi usaha dan pelayanan mereka.
Sumber
:
(Rachman & Wilson, 198
web.unair.ac.id/artikel_detail-71046-Psikologi-Intervensi dalam Psikologi
Klinis.html
http://www.luphie.com/2013/01/clinical-psychology-psikoterapi.html
Mappiare,
Andi. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja
Grafindo
Semiun.
Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta. Kanisius